Education Oriented

Berpikir tentang mudahnya akses untuk kuliah di negara-negara maju membuatku berpikir, apakah mungkin ini adalah salah satu strategi bagi mereka untuk membuat kita ingin tinggal di sana? Aku sempat bertanya-tanya, mengapa teknologi begitu cepat berkembang di negara maju, sedangkan sangat lambat di negara-negara berkembang? Apakah mungkin orang-orang pintar dari negara berkembang lebih ingin menetap di sana karena lebih dihargai daripada di negara berkembang?

Ambil contoh Indonesia. Pemerintah Indonesia sangat kurang dalam memperhatikan guru-guru, ilmuwan, peneliti, dan orang-orang lain yang bergerak dalam bidang pendidikan. Agaknya, para pebisnis jauh lebih dihargai ketimbang peneliti. Bagaimana tidak? Indonesia sangat menekankan kewirausahaan, tetapi sangat kurang memperhatikan pendidikan. Sekolah-sekolah banyak yang tidak terawat, anggaran riset kecil, kualitas pendidik kurang, penghasilan guru kurang, dan masih banyak lagi. Dibandingkan dengan negara maju, seperti Amerika Serikat misalnya, pendidikan begitu dihargai, para guru dan peneliti dibiayai dengan layak. Dengan itu saya berpikir, mengapa tidak orang-orang pintar lebih ingin ke sana daripada di sini. Mungkin juga mental ‘money oriented’ inilah yang membuat orang-orang Indonesia begitu konsumtif dalam banyak hal, seperti teknologi, baju, mobil, dan sebagainya.

Dengan melihat negara Indonesia yang begitu konsumtif inilah para thinker dan creative membuat inovasi teknologi dan memasarkannya di Indonesia. “Indonesia adalah pasar yang besar, apalagi dengan mayoritas tingkat pendidikan yang tidak terlalu tinggi, pastilah mereka sasaran konsumen yang tepat.” Begitulah kemungkinan pendapat orang-orang di negeri maju yang ingin menjual barang penemuannya itu. “Mereka juga money-oriented, dong??” Bisa dikatakan begitu, tapi dengan orientasi kreatif dan inovatif. Mereka berangkat dari pendidikan yang tinggi, sehingga untuk masuk ke dalam step menjual penemuannya, mereka mempunyai banyak argumen akan hal itu. Karena mereka sangat yakin dengan kualitas mereka melalui riset yang dilatarbelakangi pendidikan yang tinggi, mereka tak ragu untuk menjual produknya.

Mereka juga membuka negara mereka dengan lebar. Siapa saja boleh belajar di sana, dan akan diberi keistimewaan bagi yang kreatif dan inovatif. Mungkin sebagian orang Indonesia yang sok idealis berkata, “Saya tidak mau berganti kewarganegaraan. Saya cinta Indonesia, saya nasionalis, ingin membantu memajukan negara Indonesia.” Mungkin mereka belum mencicipi enaknya dihargai oleh orang-orang yang mengerti pendidikan dengan baik. Setelah tahu bahwa ternyata menjadi guru atau peneliti di Indonesia itu susah, mungkin baru ingin mencicipi rasanya menjadi guru atau peneliti di negara maju. Tapi sungguh suatu jiwa yang mulia jika sudah mencicipi pengalaman menjadi guru dan peneliti di luar, ingin tetap kembali ke Indonesia untuk membantu mengubah sistem kependidikan Indonesia. Hanya saja jarang sekali ada orang seperti itu, karena ya itu, tak terlalu dihargai di Indonesia. Hebat sekali jika ada orang yang bisa mengubah itu.

Tapi saya melihat sudah mulai ada generasi yang sadar bahwa sistem pendidikan di Indonesia bisa berubah. Dengan keberanian tentunya, maka Indonesia bisa berubah. Harus berawal dari mindset dulu, bahwa pendidikan adalah hal yang harus diutamakan, baru bisa berkembang di bidang lain. Tetapi sisi kritis saya berpikir bahwa tentunya tidak mungkin seluruh negara di dunia menjadi maju. Jika sekarang Indonesia menjadi negara maju, pasti tetap ada negara-negara yang berkembang, atau AS sudah dua kali lebih maju daripada Indonesia dan mungkin itu juga didesain sedemikian rupa oleh negara-negara maju untuk menjadikan negara berkembang sasaran konsumen mereka. Mungkin saja mindset orang Indonesia menjadi konsumtif adalah hasil ‘desain’ negara-negara maju untuk membeli produk-produk mereka, mungkin saja, bahkan sangat mungkin.

Sangat mungkin jika mindset money oriented orang Indonesia, dibangun oleh negara-negara maju agar kita terus menjadi sasaran produk mereka. Untuk itu kita sebagai orang yang konsumtif harus mulai sadar apa saja kegunaan barang-barang yang sudah dibeli dan jangan tertipu dengan harga, karena toh hampir semua elektronik di Indonesia dibuat di China. Janganlah tertipu bahwa itu merk luar negeri, ya…memang merk luar negeri, tapi bahannya, pembuatannya, ternyata juga dari negara-negara tetangga. Janganlah tertipu gengsi, yang penting kualitas. Kalau terus-terusan tertipu karena gengsi, uang kita keluar lebih banyak dan yang untung adalah pihak luar.

Ingat, bahwa kita sangatlah mungkin dibentuk oleh mereka (negara maju) untuk menjadi hamba dari produk-produk mereka. Bagi mereka yang tidak masalah karena uangnya banyak ya tak masalah, tapi bagi mereka yang ingin memutarbalikkan hal ini, saya sangat mendukung. Mindset orang Indonesia, perlu diubah menjadi ‘education oriented’, karena negara-negara maju itu memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi. Mereka adalah Amerika Serikat, Jepang, Prancis, Inggris, Jerman, China, Russia. Apakah mereka menghargai pendidikan? Ya tentunya dibandingkan dengan Indonesia.

One thought on “Education Oriented

  1. firstly we have to be critical. what kind of education that we are looking for? education for rising the human potential or merely just serving the dominant segment? theoretically, bowless-gintis with their correspondence theory; glenn rikowski with his theory of human as commodity have argued about the danger of certain educational practices. oh ya dont forget one thing. who can get the access to higher education and why them?

    secondly, “Mindset orang Indonesia, perlu diubah menjadi ‘education oriented’, karena negara-negara maju itu memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi. Mereka adalah Amerika Serikat, Jepang, Prancis, Inggris, Jerman, China, Russia. Apakah mereka menghargai pendidikan? Ya tentunya dibandingkan dengan Indonesia.” -> education for what? Lyotard’s theory claim that now we are struggling over the control of information. research is no more conducted for the sake of scientific development? nowadays knowledge is commodity. the country who could generate fashionable research result will gain a prestige. then they will sell it to get profit.

    thirdly, “Tetapi sisi kritis saya berpikir bahwa tentunya tidak mungkin seluruh negara di dunia menjadi maju. Jika sekarang Indonesia menjadi negara maju, pasti tetap ada negara-negara yang berkembang, atau AS sudah dua kali lebih maju daripada Indonesia dan mungkin itu juga didesain sedemikian rupa oleh negara-negara maju untuk menjadikan negara berkembang sasaran konsumen mereka.” -> then we have to ask critically why. what is the ideology of this sinful world?

Leave a comment