A Reminder

“Menulis? Terpikir saja tidak.”

Sudah berbulan-bulan aku tidak menulis. Sudah berhari-hari otakku diabaikan begitu saja bahkan hampir berjamur. Tiba-tiba di tengah malam yang sunyi dialuni suara piano musik klasik, terbersit dalam pikiranku untuk kembali menulis. “Jangan pernah berhenti menulis,” kata guruku. Dulu ketika aku masih duduk di bangku SMA, guru jurnalistikku selalu mengingatkan kepadaku untuk tidak pernah berhenti menulis. Mengapa? Karena menulis adalah bekerja untuk keabadian. Ia mengutip itu dari kalimat seorang sastrawan Indonesia yang tersohor, yaitu Pramoedya Ananta Toer.

Pernyataan Pramoedya itu selalu menjadi sebuah pengingat bagiku, bahwa sepandai apapun seseorang, apabila ia tidak menulis maka ia bisa hilang dalam sejarah. Seseorang tidak harus jenius untuk dapat menulis. Seseorang tidak harus terlatih untuk dapat menulis. Guruku selalu mengingatkan untuk menulis, terserah apapun itu. Baik itu sesuatu yang penting, sampai dengan hal-hal yang biasa seperti aktivitas sehari-hari.

Ya, waktu itu aku mengikuti ekstrakurikuler kelas jurnalistik. Setiap hari aku harus membuat tulisan tentang apapun yang ingin kutulis. Saat itu aku begitu rajin menulis. Tetapi semenjak lulus bangku kuliah dan tidak ada lagi kelas jurnalistik, aku jadi jarang menulis. Ya, kuliah memang cukup sibuk, tetapi sepertinya itu hanya alasanku saja. Sesungguhnya aku ada waktu untuk menulis, hanya saja aku malas. Aku berharap setelah menulis hal yang tidak penting ini, selanjutnya aku menulis hal-hal yang lebih penting, dan khususnya membaca buku-buku yang mengandung pengetahuan, agar tulisanku berisikan pengetahuan yang luas. Mungkin itu saja yang dapat kutulis pada blog-ku yang sudah lama kutinggalkan hingga berdebu. Aku menulis hal ini ada tujuannya, agar aku selalu menulis di kala apapun juga.

Leave a comment